Saya punya saudara sepupu yang masih berusia lima tahun. Sekarang dia sudah masuk kelas TK. Dia itu tipe anak yang sangat polos dan cerdas. Namanya Naya. Dia sering melontarkan kata-kata dan pertanyaan yang di luar dugaan. Seperti contoh, saat belajar di sekolah, ibu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa-siswinya tentang apakah fungsi mulut. Kebanyakan anak kecil saat diberi pertanyaan seperti itu akan menjawab untuk bicara, untuk makan, untuk minum, dan fungsi-fungsi standar yang diketahui oleh pikiran anak kecil. Tapi saat itu yang dilontarkan oleh Naya mengenai fungsi mulut adalah sebagai wadah gigi. Spontan ibu guru tertawa sampai susah berhenti.
Kepolosan yang lain adalah ketika diminta ibuku untuk membaca doa-doa pendek, misalnya doa sebelum makan, doa sebelum tidur, tapi Naya menolak untuk membaca doa-doa tersebut. Dia lebih memilih doa ketika bercermin, doa sebelum memakai baju, doa ketika ada petir. Semua kaget karena Naya sudah bisa dan lancar. Saya berpikir anak ini sangat berbeda dengan anak-anak sebayanya. Think outside the box, I think :D
Suatu saat ketika bepergian bersama keluarganya, ada om, tante, sama nenek juga. Ketika menunggu tante antre mengambil obat di apotek, Naya memilih untuk menunggu di mobil bersama om dan nenek. Saat itu posisi om ada di kursi depan, sedangkan Naya dan nenek di kursi tengah. Naya dan nenek membicarakan berbagai macam hal dan ketika itu secara tidak sengaja melihat awan yang bergerak perlahan-lahan. Seketika itu juga Naya menanyakan suatu hal yang orang dewasa pun bingung mau menjawab apa. Pertanyaan yang dilontarkan oleh Naya kepada nenek adalah, "Nek, Allah itu ada di atas awan atau di bawah awan?". Lalu *siiiiing krik krik krik, nenek terdiam bingung memikirkan jawaban. Kemudian nenek melempar pertanyaan itu kepada om, ayahnya Naya. Om juga sempat bingung mau menjawab apa, namun akhirnya diberikan pengertian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hal itu, entah Naya bisa mengerti atau tidak :)
Kepolosan yang lain adalah ketika dipulangkan awal ketika sekolah oleh ibu guru. Ketika semua anak merasa senang karena pulang awal, Naya tidak merasa demikian. Dia merasa rugi, tapi rugi dalam arti lain. Dia bilang ke ibu guru, "Wah, rugi dong bu guru, udah susah payah bangun pagi, mandi, sarapan, pakai seragam dan lain-lain kok malah pulang awal. Sayang kan udah melakukan itu semua. Daripada pulang awal kenapa nggak diliburkan aja sekalian?". Ibu guru tertegun sejenak, kenapa anak seumur Naya sudah berargumentasi seperti orang dewasa :D Lalu dengan bijak ibu guru mengatakan, kalau diliburkan nanti ibu guru tidak bisa bertatap muka dengan siswa-siswinya :)