Sabtu, 28 April 2012

I'm Sick With All Of This Shit Things (Black Side)

Kamu pernah nggak ngerasa pengen sendiri? Nggak pengen diganggu siapa-siapa dan oleh apapun juga? Pengennya cuma manjain diri sendiri, kayak misalnya cuma pengen tiduran sambil dengerin musik atau cuma nonton film sendiri?

Kalo kamu nggak pernah ngerasa kayak gitu, selamat ya, kamu hebat banget, jiwa egoismu tipis banget. Soalnya aku kadang ngerasa kayak gitu, lagi asyik manjain diri, tiba-tiba di-SMS disuruh dateng acara inilah, itulah, yang menurutku nggak pas banget waktunya.

Damn, kill me. Aku selalu pengen melakukan yang terbaik, cuman, please, kasih aku waktu buat sendirian. Walaupun cuma nglangut, nganggur, tapi itu berharga banget kalo aku lagi capek, lagi bete, atau pengen nenangin diri.

Tuhan, kenapa sih semua orang di dunia ini sibuk banget? Nggak bisa apa istirahat sejenak? Aku muak dengan semua omong kosong yang bilang orang itu jangan males-malesan terus. Oh, freak.

Emptiness (White Side)

Kamu pernah nggak ngerasa kosong? Di saat-saat tertentu pas sebelum tidur gitu? Atau pas kamu lagi merenung atau pas kamu lagi bosen bahkan pas kamu lagi masygul?

Rasanya tuh kayak orang nggak berguna gitu, ngerasa nggak pernah melakukan sesuatu yang berdampak positif bagi orang lain. Kalau kamu nggak pernah ngerasain perasaan kayak gitu, selamat ya, mungkin kamu udah jadi orang yang baik :)

Pas ngerasain perasaan kayak gitu, tau nggak, rasanya aku pengen banget nggak ada di realitas ini, pengennya bertapa di dalam gua di tengah hutan yang ada di atas gunung, atau di dasar laut yang gelap. Buang saja aku. Gitu.

Uuh, aneh banget rasanya, kosong, gelap, sepi, sesak, kecil, sempit, sakit, ringan, debu, wuuushh ketiup angin langsung ilang.

Tuhan, aku ini apa? Aku ini siapa? Kenapa Engkau menurunkan aku ke dunia ini? Aku masih tetap belum tau jawabannya. Tolong, aku tersesat, takut.

Sabtu, 23 Juli 2011

Geliat dalam Pekat

Apakah mata telah terpejam?
Mulut telah bungkam?
Telinga telah tertutup rapat?
Mata hati menjadi pekat?
Apa yang terserak di dalam jiwa dan raga?
Hanya geliatkah?
Adakah nurani? Ekspresi? Atau logika?
Geliat hidup yang tak hanya "menggeliat" begitu saja?
Hiduplah!
Berpikirlah!
Bertindaklah!
Jangan hanya menjadi seonggok daging dan tulang yang hanya menggeliat dalam pekat

geliat dalam pekat a.k.a hidup tanpa berkarya, mung meneng tok

Selasa, 12 Juli 2011

Ketika Kata-Kata Hanya Menjadi Sampah

Doa yang meluncur dari urat yang lihai membeberkan kepalsuan
Sumpah serapah
Cemoohan dan hinaan
Propaganda menyesatkan
Berandai-andai tanpa hasil
Cercaan dan kritikan tak bertanggung jawab
Mencela dan saling menjatuhkan
Menebar kemunafikan
Membelokkan amanah
Berdebat kusir
Menggunjingkan keburukan
Mengaburkan fakta
Begitu juga notes ini
Semuanya hanya sampah

Selasa, 15 Februari 2011

Batu Raksasa yang Terbawa Arus Lahar Dingin

Hari Minggu, tanggal 7 Februari 2011 lalu saya beserta ayah dan ibu saya berencana pergi ke Jogjakarta untuk mengunjungi kakak dan adik saya yang kuliah di Jogja. Perjalanan dimulai pada pagi hari dan akan pulang sore hari, jadi tidak menginap. Awalnya ibu bilang sebaiknya lewat rute Klaten untuk menghindari kemacetan yang mungkin terjadi di daerah Muntilan karena adanya berbagai macam pemberitaan tentang batu-batu besar yang terbawa arus lahar dingin yang mengganggu arus lalu lintas menuju Jogjakarta, karena sebelumnya juga kakak saya sempat pulang lewat rute Klaten dan adik saya yang sempat pulang lewat rute Muntilan-Magelang dengan pengalihan jalur lewat Borobudur. Namun ayah tetap ngotot ingin lewat Magelang-Muntilan. Akhirnya diputuskan tetap melalui rute Magelang-Muntilan.

Benar saja, ketika sampai di daerah Jumoyo, Muntilan, terjadi kemacetan yang lumayan panjang karena kendaraan harus sabar mengantre untuk buka tutup jalur karena adanya kendaraan-kendaraan besar untuk mengeruk pasir dan memindahkan batu-batu besar. Dan tepat ketika kami melewati desa yang hancur akibat terjangan lahar dingin itu kami hanya bisa ternganga-nganga melihat batu-batu besar atau lebih tepatnya disebut raksasa itu teronggok sedemikian rupa di tepi-tepi jalan dengan pasir yang menggunung di sisi yang lain. Dengan jelas pula dapat kami lihat sungai kecil yang tepinya telah tertimbun pasir yang sangat banyak.

plang nama desa Jumoyo
Benar rupanya kabar mengenai desa Jumoyo itu dahulu merupakan kali besar tempat aliran lahar dingin gunung Merapi beratus-ratus tahun yang lalu. Namun karena selama berpuluh-puluh tahun letusan Merapi tidak pernah besar dan pembangunan terus berjalan daerah itu dibangung desa, jalan raya, jembatan, dan tempat-tempat umum lainnya sehingga ketika lahar dingin yang begitu besar dan dahsyat menerjang, semuanya rusak porak poranda seketika.

salah satu kerusakan yang ditimbulkan pada rumah warga
Ironisnya tempat itu menjadi tempat wisata yang menarik untuk orang-orang yang ingin melihat secara langsung dampak dari terjangan lahar dingin yang membawa material-material yang menghancurkan rumah-rumah penduduk di Jumoyo tersebut. Namun juga sekaligus mendatangkan keuntungan bagi orang-orang yang diuntungkan, misalnya penjual tiket masuk, penjual makanan dan minuman, juga bagi para penambang pasir :)

Subhanallah kuasa Tuhan memang sangat besar sehingga batu sebesar apapun bisa juga terbawa arus lahar dingin dan menghancurkan apa saja yang dilaluinya. Semoga menjadi sesuatu yang menginspirasi kita semua :)
salah satu batu raksasa
gambar: dokumentasi pribadi